Sinopsis J-Movie Your Lie In April part 2
Seperti
biasa Kousei menenangkan diri di atap sekolah, ia diam memikirkan sesuatu sambil menatap langit.
Ditempat
lain Kompetisi biola sudah dimulai.
Kousei
menatap jam di handphonenya, tiba-tiba terdengar suara Kaori, “disini kamu
rupanya”. Kousei kaget melihat Kaori bisa berada disana. “kenapa kamu kesini?”.
“bukankah
aku harus menjemput pengiringku?”
“sudah
aku bilang, aku tak bisa melakukannya” sahut Kousei
“bukan
tidak bisa, tapi kamu tidak mau, tidak bisa mendengar piano hanya alasanmu kan
untuk kabur”
“aku
takut” gumam Kousei pelan
“masih
ada aku kan, aku sudah tahu kalau kamu tidak bisa mendengarkan suara
piano. Tapi aku tetap memilih mu.
Mungkin aku tak bisa menampilkan hal yang memuaskan tapi jika ada seseorang
yang menunggu permainanku aku akan
berusaha sekuat tenaga. Agar aku bisa tetap hidup di hati mereka aku ingin
menyampaikkan laguku pada mereka. Aku yakin kamu pasti bisa melakukannya”
Kousei
hanya diam sambil menatap Kaori.
“jadi,
aku mohon padamu! Jadilah pengiringku, dukunglah aku yang kecil ini , dukunglah
aku yang rapuh dan tidak bisa apa-apa ini” lanjut Kaori sambil menangis.
Akhirnya Kousei luluh dan setuju jadi pengiring Kaouri.
“ayo
bergegas” ucap Kaori sambil lari, Watari dan Tsubaki datang sambil membawa
sepeda, “kami mendapat kendaraan, ayo cepat” ucap Watari.
“aku
yakin kita masih sempat” lanjut Watari.
Mereka
sampai di aula musik, disana sudah ada tante Hiroko, “Kousei akan bermain lagi,
ya” ucap Tante Hiroko dengan pelan.
Kousei
sedang berkonsentrasi menghafal nada lagunya. Kaori datang menghampiri dan
dengan tiba-tiba Kaori membenturkan kepalanya ke kepala Kousei, “sakiit, dasar
kepala batu” ucap Kaouri dengan nyaring.
“untuk
apa itu tadi?” sahut Kousei bingung sambil memegang kepalanya yang sakit. Kaori
langsung merebut buku nada Kousei, “kembalikkan, sudah tidak ada waktu lagi
untukku mengingatnya” ucap Kousei sambil merebut bukunya kembali.
“angkat
wajahmu dan lihat aku karena kamu melihat ke bawah terus, kamu sering
terperangkap dalam sangkar partitur, tenang saja kamu pasti bisa” ucap Kaori
berusaha menyakinkan Kousei.
“mari
kita mulai perjalanan kita, tanpa rasa malu dan penyesalan, berdua” lanjut
Kaori dengan ceria. Kaori
menarik Kousei karena sudah waktu mereka untuk bersiap-siap.
“kebebasan
itu ada sendiri, ya?” Tanya Kousei
“bukan,
musiklah yang bebas” ucap Kaori sambil tersenyum.
Kini
saatnya Kaori dan Kousei tampil, Kousei terlihat gugup tapi ia berusaha
menenangkan dirinya.
Penonton
kaget melihat Kousei sebagai pengiring, “itukan Arima Kousei, kenapa ia jadi
pengiring?” desas-desus penonton.
“sudah
kuduga ini akan menarik” ucap salah satu juri.
Awalnya
Kousei memainkan piano dengan sangat
baik, bahkan ia bisa mengikuti nada dan tempo Kaori yang berubah dengan cepat,
tapi bayangan ibunya kembali muncul membuat Kousei jadi grogi hingga ia kembali
lupa nada piano.
“ada
apa Arima?” gumam seorang juri
“ini
tak layak didengar” ucap juri lainnya
Penonton
berdesas-desus mendengar suara piano yang
tiba-tiba melenceng. Akhirnya Kousei memilih berhenti memainkan piano .
Kaori terus saja memainkan biola dengan wajah murung.
Suara
musik terhenti, Kousei bingung dan melihat kearah Kaori, ia terkejut melihat
Kaori berhenti bermain biola. Kaori menoleh kebelakang sambil menatap Kousei, “ayo
kita main sekali lagi”.
Kaori
mulai memainkan musik lagi.
“apa
tidak apa-apa kalau dia memulainya lagi?” Tanya Tsubaki ke Tante Hiroko.
“tidak,
beberapa saat yang lalu kompetisi sudah berakhhir” sahut tante Hiroko.
Kousei
terdiam sejenak sambil menatap Kaori, ia teringat ucapan Kaori, “mari kita
memulai perjalanan kita, tanpa rasa malu dan penyesalan! Berdua”. Kousei memberanikan
diri dan memulai memainkannya kembali.
“tenang,
aku sudah sering mendengarnya saat jam istirahat, aku juga sering melihat
partiturnya di mana-mana. Meski suaranya
tidak dapat didengar, aku akan mengeluarkan semua yang aku bisa” ucap Kousei
dalam hati.
Kousei
berhasil memainkannya dengan baik, Kaori tersenyum senang karena ia berhasil
membuat Kousei bermain piano lagi. “hei hei teman A, jangan mencuri penampilanku!”
ucap Kaori dalam hati.
“hebat,
mereka berdua sama-sama keluar kendali! Sseperti pertengkaran saja. Permainan ini
sangat layak dilihat” ucap salah satu juri.
Permainan
berakhir dan penonton bertepuk tangan sangat riuh, Kaori senang melihatnya, “terima
kasih Arima Kousei” ucap Kaori.
“ini
pertama kalinya kamu memanggil namaku” sahut Kousei sambil tersenyum.
“orang-orang
yang disini pasti tak akan melupakan kita. Pasti, aku tak akan dilupakan, meski
harus mati. Aku tak akan dilupakan” gumam Kaori
Kousei
hanya mentap Kaori dengan bingung mendengar ucapannya.
Tsubaki
sedang latihan baseball, ia terlihat sangat bersemangat. Temannya menegurnya, “
akhir-akhir ini kamu semakin bersemangat”
“begitulah,
aku tak mau kalah dengan Kousei dan lainnya”
“apa
permainan mereka sehebat itu?”
“yaa
hebat, sangat hebat”
“lalu,
apa Arima sudah bermain piano lagi?”
“sepertinya
belum” sahut Tsubaki dengan ragu.
Kousei
pulang sendirian, ia kaget saat mendengar suara Kaori, “hei, ayo makan canele. Ini
sangat enak”.
“jangan-jangan
kamu mau menyergap Watari lagi ya hari ini”
“tidak,
hari ini kamu saja” sahut Kaori. Kousei bingung, “hah aku”.
“ayo
kita jalan” lanjut Kaori.
“tentang kompetisi kemarin, aku diundang untuk mengisi acar konser Gala. Kita bisa main
lagi, biasanya yang menang saja yang diundang kesana. Tapi mereka juga
mengundangku. Ini hebatkan?” ucap Kaori dengan senang.
“ya
hebat, aku akan jadi penonton “ sahut Kousei
“hah,
tidak begitu, kita akan bermain bersama lagi”
“tidak,
pasti aku kan mengacaukannya lagi” sahut Kousei dengan murung
“apa
kamu melupakannya? Perasaan kita saat bermain bersama?, suara tepuk tangan
penonton yang menggema? semua orang pasti takut dipanggung. Mereka takut akan
kegagalan atau takut jika ditolak! Kamu harus memberanikan diri sendiri” sahut
Kaori.
“untuk
menggerakan hati seseorang kita harus bermin musik.Dengan begitu akan tercipta
sebuah kebohongan yang indah. Kita masih 17 tahun, ayo kita terbang bebas”
lanjut Kaori dengan semangat.
Kaori
berdiri diatas pagar jembatan, “seperti ini” lanjut Kaori sambil melompat dari
jembatan.
Kousei kaget melihat kelakuan
Kaori.ia berlari langsung untuk mengecek keadaan Kaori.
Kaori
telihat sangat senang melakukannya,”ini adalah hal yang ingin kulakuan” ucapnya
sambil tertawa.
Kousei tersenyum, “benar, aku tak melupakanya”
ucap Kousei dalam hati, lalu ia memberanikan diri dan melakukan hal yang sama
dengan Kaori.
“menyenangkan
yaa” ucap kaori dengan bahagia
“menakutkan”
sahut Kousei sambil tertawa
Dirumah,
Kousei memasakkan sup untuk Kaori,
Karena bajunya basah Kaori meminjam baju Kousei.
“dimana
piano mu?” Tanya Kaori sambil mencari-cari letak piano.
Kousei
berusaha mencegah Kaori keruangan piano-nya. Betapa terkejutnya Kaori melihat ruang
piano Kousei seperti gudang, sangat berantakan dan berdebu. “sudah ku bilang,
jangan masuk” gumam Kousei pelan.
“permainan
yang sehat dimulai dari tempat yang bersih, ayo kita bersih-bersih” sahut Kaori
dengan semangat. Akhirnya Kousei setuju, mereka membersihkan ruangan itu
bersama-sama.
Kaori
melihat-lihat buku lagu Kousei dan ia tertarik dengan suatu lagu, “aku sudah
memutuskan apa yang akan kita mainkan di konser Gala nanti. Lagu yang berjudul kesedihan
cinta”.
Kousei
tak suka melihatnya, “eh, bukankah ada banyak yang lebih bagus?”
“aku
sudah memutuskannya” sahut Kaori dengan tegas.
Tsubaki
berada dikamarnya, saat ia membuka jendela, ia terkejut melihat Kaori ada
dirumah Kousei ditambah lagi mereka tertawa bersama.
Kaori
melihat Tsubaki, Tsubaki langsung menegur mereka“Kao, Kousei”
“Tsubakii”
ucap Kaori dengan semangat sambil membalas lambaian tangan Tsubaki.
Kousei
dan Kaori latihan diruang musik sekolah.
“hari
ini mereka berusaha sangat keras, ayo kita lihat mereka” ucap Watari
“tidak
usah, aku tak enak mengganggu latihan mereka ” sahut Tsubaki
“dia
itu menyusahkan” lanjut Watari sambil melihat kepergian Tsubaki
“padahal
dia menyukainya, tapi bagaimana bisa orangnya sendiri tidak menyadarinya” gumam
teman Tsubaki.
Dirumah
Kousei berusaha latihan, tapi terkadang ia merasa putus asa.
ingatan masa
lalu Kousei kembali muncul.
“ibu,
aku menang!” ucap Kousei kecil dengan bahagia
Plakkk
ibu menapar Kousei kecil, “itu tidak bagus! Padahal aku sudah sering
menjelaskannya padamu, tapi kamu masih saja salah. Bagian ketiga dan kesebelas
masih saja salah! sudah ku bilang kamu
harus bermain dengan sempurna!”
“aku..
melakukannya untu ibu, padahal aku sudah berjuang keras agar ibu lekas sembuh. Padahal
aku sudah mati-matian demi ibu! sudah cukup!! Orang seperti ibu lebih baik
pergi saja” ucap Kousei kecil lalu pergi dari sana.
“setelah
kejadian itu, ibu dirawat dirumah sakit dan dimalam itu, ibu meninggal,
aku yang membunuhnya. Lalu aku tak bisa
mendengar suara piano lagi” gumam Kousei dalam hati.
Tante
Hiroko dan anaknya datang menghampiri Kousei. “kakak Kousei, bermain piano lagi”
ucap keponakan Kousei dengan senang.
Tante
Hiroko mengajak Kousei pergi jalan-jalan.
“kenapa
ibu menyukai lagu kesedihan cinta?” Tanya Kousei ke Tante-nya
“itu
lagu kesukaan Saki, ia sering memainkannya sejak bangku kuliah. Setelah kamu lahir, dia
semakin sering memainkannya sebagai lagu pengantar tidur. Saat aku mendengar permainan
Saki, ia selalu menaruh segenap perasaannya untukmu.”
“ibu
yang merasakan kesedihan cinta dariku. Apa ibu masih mau memaafkanku?, apa aku
masih berhak memainkannya” ucap Kousei dengan murung.
“kalau
kamu ragu, dengarkan saja. Dan rasakan suara yang saki keluarkan. Dulu, kamu terlihat
sangat senang saat pertama kali bermain piano. Coba lah sekali lagi, bermainlah
dengan segenap hatimu. Agar tidak meninggalkan sebekas penyesalan!. Lalu,
mungkin ada yan berubah” sahut Tante Hiroko berusaha menyakinkan Kousei. Kousei
diam, ia mulai memikirkan sesuatu.
“jangan-jangan
kehilangan kemampuan untuk mendengar suara piano adalah anugerah” lanjut tante
Hiroko.
Kousei
dan Kaori latihan lagi, Kousei cerita kalo tante Hiroko menganggap kalau
kehilangan kemampuan untuk mendengar suara piano adalah anugerah, “apa
maksudnya itu?” Tanya Kousei.
Kousei
bingung karena tak ada jawaban dari
Kaori. Kousei menoleh kesamping dan melihat Kaori tertidur.ia mengambil jas sekolahnya
lalu ia gunakan untuk menyelimuti Kaori.
Kousei
dan Kaori pulang bersama, Kaori sangat bersemangat membayangkan mereka di
konser Gala nanti.
“indah sekali”
ucap Kaori sambil memandang langit
“terima
kasih” sahut Kousei, Kaori bingung mendengar ucapan Kousei, lalu ia tersenyum
sambil memandang Kousei.
sambil
jalan mereka menyanyikan lagu Twinkle Twinkle Little Star.
kak knapa tidak di lanjut?
BalasHapusSorry (T_T), karena kesibukan hal yg lain .. Tapi saya akan lanjutkan lagi 😁, terimakasih sudah membaca
Hapus