Sinopsis J-Movie Your Lie In April part 1

Sinopsis J-Movie Your Lie In April part 1

Your Lie In April Part 1



Kousei (Kento Yamazaki) sedang memainkan piano, Tsubaki ( Anna Ishii) menegurnya, “hei, bermainlah dengan serius saat aku mendengarnya!”.


“aku bermain bukan untuk didengarkan, aku hanya berkerja paruh waktu dengan menyalin note dari lagu baru”
“kalau begitu kamu bermain piano saja!”
“aku sudah berhenti bermain piano”
“Mmm, padahal kamu sekarang masih memainkannya” gumam Tsubaki.



Watari (Taishi Nakagawa) datang ia mengeluh diluar sangatlah panas. ”padahal ini bulan april, kenapa panas sekali”.
“ini bukan tempat istirahat klubmu” sahut Kousei.


“apa aku sedang mengganggu kemersaan pasangan kekasih” sahut Watari sambil tertawa.
“kami bukan pasangan” ucap Kousei dan Tsubaki serempak.
“tuhkan kalian serasi banget” lanjut Watari.



Tsubaki memarahi Watari karena mengatakan hal yang tidak-tidak, ia meminta Watari lebih baik pergi saja. Watari tidak ingin pergi dari sana, akhirnya mereka berdua kejar-kejaran. Melihat kelakuan keduanya Kousei tersenyum.
Narasi Kousei, “Tsubaki dan Watari selalu terlihat berkilauan, pasti dunia mereka sangat berwarna, tapi duniaku terlihat monoton seperti tut piano ini”.


Mereka pulang bersama, Tsubaki cerita ada seorang gadis yang suka dengan Watari, “dia memintaku untuk mempertemukanmu dengannya”
“hei, apa gadis itu benar-benar manis?” Tanya Watari.
“dia benar-benar manis ko, aku sudah mengatur agar kalian berdua bisa bertemu, hari sabtu nanti. Kousei kamu juga harus ikut ya”.


Suara handphone Watari berbunyi, Watari sangat senang saat melihat siapa yang menelponnya, ia pun langsung pamit pergi dari sana. “dasar playboy” gumam Tsubaki.



Tinggal Tsubaki dan Kousei, mereka pulang berdua sambil mengobrol, Tsubaki memohon pada Kousei agar datang pada hari sabtu nanti, awalnya Kaosei terlihat ragu tapi akhirnya ia menyetujuinya.

Sampai rumah, Kousei melihat ada sebuah mobil terparkir dihalaman rumahnya, “sepertinya ada tante Hiroko, baguslah sepertinya hari ini kamu akan makan enak” ucap Tsubaki.
Rumah Kousei dan Tsubaki hanya bersebelahan saja.




Kousei masuk kedalam rumah, ia menyapa tante dan keponakannya. 
“tante Hiroko, tidak usah memikirkanku, bukankah tante sedang sibuk mempersiapkan konser tante” ucap Kousei.
“tidak apa, ayahmu memintaku untuk sesekali mengawasimu dan memastikan kamu memakan makanan yang bergizi”.


Kousei melihat kaset di tas tante Hiroko, “wah, yang baru sudah keluar ya” ucap Kousei sambil mengambil kaset itu, lalu ia pamit pergi dari sana.



Tante Hiroko menahan Kousei, “ucapkan salam dulu pada ibumu”.
“Aku pulang” ucap Kousei dengan pelan, tante Hiroko hanya bisa menghela napas melihatnya.



Sesuai dengan janjian mereka, Kousei datang duluan ditaman, ia mengeluh sudah lewat lima menit tapi Watari dan Tsubaki belum juga datang. Sambil menunggu Kousei jalan-jalan disekitar taman, terdengar suara alunan musik. Kousei pun jalan mengikuti sumber suara itu.




Ada seseorang gadis dan tiga orang anak kecil sedang memainkan pianika. Kousei memperhatikan mereka, ia berinisiatif untuk merekam mereka. Tapi tepat saat itu angin bertiup sangat kencang hingga menyebabkan rok gadis itu terangkat, gadis itu dengan panik langsung memegang roknya. 


Gadis itu tersenyum dan ia bertanya pada anak-anak kecil disana, “apa kalian tidak papa”.


Saat melihat kedepan gadis itu melihat Kousei yang sedang berdiri sambil memegang handphone kearahnya, ia salah paham mengira Kousei mengambil gambar saat roknya tertiup angin tadi, gadis itu menghampiri Kousei dan berusaha merebut Hp Kousei, “mana handphone mu, aku tahu kamu pasti memotretnya, kan? dasar mesum”.



Tak lama kemudian Watari dan Tsubaki datang, “Kousei, Kaori” ucap Tsubaki bingung melihat mereka berdua seperti orang yang tengah memperebutkan sesuatu. Kaori (Suzu Hirose) menoleh melihat Tsubaki lalu ia menyapanya dengan ceria, “Tsubaki chan”.



“dia adalah teman sekelasku Miyazono Kaori” ucap Tsubaki ke Watari.
“ini Watari” ucap Tsubaki, Watari dan Kaori terlihat sangat senang saat berkenalan.


“dan ini, anggap saja Teman A” ucap Tsubaki. Kousei dan Kaori hanya diam saling pandang.


“ayo sekarang kita pergi” lanjut Tsubaki. Kousei dan Watari tentu bingung mau kemana. Tsubaki menjelaskan mereka akan melihat penampilan Kaori, Kaori akan mengikuti kompetisi biola. “aku adalah pemain biola” ucap Kaori.



Kousei tidak ingin ikut, ia memilih pergi dari sana tapi Kaori menahannya, “ayoo” ucap Kaori dengan lembut sambil menunjukan muka imutnya. Akhirnya Kousei memilih ikut dengan mereka.


Sampai di aula musik, Kousei terdiam mengingat masa lalunya.
Saat kecil, Kousei tiba-tiba berhenti main piano karena ia tidak dapat mendengar suara pianonya, “aku tidak mendengarnya, aku takut” ucap Kousei kecil. Ingatan Kousei buyar saat Tsubaki memanggilnya untuk segera duduk. 



Penonton yang ada disana terkejut melihat Kousei, “bukan kah itu Arima Kousei, si jenius piano, dulu dia dijuluki sebagai Manusia Metronome” ucap salah satu penonton. Kousei hanya diam tidak memperdulikan ucapan mereka. “hai, artis terkenal” ucap Watari menggoda Kousei.



Kompetisi biola dimulai, semakin lama Watari semakin mengantuk berada disana bahka ia sampai tertidur. Suara tepuk tangan penontonlah yang membangunkannya. Kini saatnya Kaori tampil, Watari dan Tsubaki memberi semangat, “Kaori, semangat” ucap mereka dengan nyaring, tentu itu mengganggu penonton lain, Kousei berusaha menghentikan mereka.


Kaori dalam hati berkata, “ku mohon, sampailah ini padanya”. Awalnya Kaori memainkan biola sama seperti perserta lainnya tapi tiba-tiba tempo dan nada biolanya berubah-ubah.


“tempo dan keperibadiannya bisa berubah drastis aku tak menyangka ada musisi sehebat dia” ucap salah satu juri.


“apa-apaan ini, ini adalah penghinaan bagi musik” ucap juri lainnya.



Kousei terlihat sangat tertarik dengan cara Kaori memainkan biolanya. Tsubaki tersenyum senang melihat Kousei sepertinya mulai tertarik dengan suara musiknya.

“permainan musik ini tak pantas diperlihatkan dikompetisi” lanjut juri yang tak suka dengan Kaori tadi.

“tapi ini sangat menarik” sahut juri satunya lagi.


Kousei terus saja memperhatikan Kaori dalam hatinya berkata, “kenapa kamu bisa bermain dengan sesenang itu?”.



Kousei sedang berada diatap sekolah, ia hanya melamun sambil menatap langit, Watari datang menghampirinya, “kamu melamun terus, apa kamu sedang memikirkan gadis yang kamu suka?”.
“kenapa kamu bisa berpikir seperti itu” sahut Kousei. 


“atau jangan-jangan kamu sedang memikirkan Kaori?” ucap Watari menggoda Kousei.
“tidak, Kaori kan menyukaimu”
“tidak peduli soal itu, wajar saja jika seseorang menyukai orang lain” sahut Watari
“tapi itu mustahil bagiku”
“mustahil tidaknya, biar wanita yang memutuskan” sahut Watari sambil tersenyum.
Handphone Watari berbunyi, “halo, Maki san. Iya, karoke berdua” ucap watari dengan senang. Kousei hanya tersenyum melihat tingkah Watari.




Kousei sedang jalan pulang sendirian, Kaori datang menghampirinya, “apa Watari tidak pulang bersama mu?”
“dia sedang ada kegiatan klub”
“apa? Padahal aku ingin menyergapnya disini” sahut Kaori dengan murung.
“kalau begitu aku menunjukmu sebagai penggantinya” lanjut Kaori.




Mereka makan bersama, “makanan disini sangat enak” ucap Kaori dengan senang. Melihat Kousei yang tidak makan miliknya, Kaori dengan sengaja mengambil makanan Kousei, “biar aku saja yang makan, jika kamu tidak mau”. Belum sempat Kousei menjawab, perhatian Kaori kini berubah, mengarah ke sebuah sumber suara, “Kawaiiii ..” ucap Kaori sambil menghampiri dua anak kecil yang sedang bermain piano.



“kakak yang disana sangat pandai main piano loh” ucap Kaori ke dua anak kecil itu.
Kousei langsung kaget mendengar ucapan Kaori. “mainkan untuk mereka” minta Kaori ke Kousei dengan wajah imutnya. Awalnya Kousei terlihat enggan tapi Kaori menghampirinya, “apa kamu tega, menolak keinginan kedua anak manis itu”. Akhirnya Kousei tidak dapat menolak permintaan itu.



Orang-orang disana sangat terhibur mendengar permainan piano Kousei. 




Tiba-tiba Kousei berhenti main piano, tangannya terlihat bergetar, ia meminta maaf lalu pergi dari sana. 




Kaori mengejar Kousei, “tunggu teman A”. Kousei berhenti berjalan mengira Kaori benar-benar mengejarnya tapi ternyata Kaori terus lari hingga melewatinya, “eh” ucap Kousei bingung.  “ayo ikuti aku” sahut Kaori sambil lari. Mau tidak mau Kousei juga ikut lari.


Mereka sampai disebuah tempat yang memiliki pemandangan indah, “aku menyukai pemandangan disini. Apa kamu tidak main piano lagi?” ucap Kaori.
“ternyata kamu mengetahui tentang aku ya” sahut Kousei.


“pemenang kompetisi piano Moriwaki, pemenang kompetisi nasional selama dua tahun berturut-turut, juara kompetisi saiki termuda dengan permainannya yang sangat tepat dan akurat,  si manusia Metronome, seorang pianis muda yang pernah bermain dalam sebuah orkestra saat umurnya masih delapan tahun”.


“kamu tahu banyak ya” ucap Kousei sambil tersenyum.
“tidak ada musisi sebaya yang tak mengenal dirimu. Kamu adalah panutan kami. Tapi kenapa kamu berhenti?” Tanya Kaori lagi.
“aku tidak bisa mendengar suara piano lagi”


“tapi tadi kau memainkannya” sahut Kaori dengan bingung.
“pada awalnya aku memang mendengar suaranya, tapi ditengah permainan suaranya menghilang, semakin aku berkonsentrasi semakin aku tenggelam dalam permainanku hanya suara piano yang tak dapat kudengar. Mungkin itu hukuman untukku, karena itu aku tak bisa memainkannya lagi”

“kamu masih bisa memainkannya walau kamu tidak mendengarnya, jika tanganmu tidak bisa bergerak gunakan kakimu, jika jarimu tidak cukup gunakan hidungmu” Sahut Kaori sambil tertawa.
“memangnya Mozart” sahut Kousei


“aku sudah memutuskannya, jadilah pengiringku. Kemarin aku lolos ke babak selanjutnya sebagai perwakilan pilihan penonton.”
“sudah ku bilang aku tak bisa mendengarnya” Sahut Kousei


“ah berisik sekali, aku sudah memutuskannya. Teman A, aku menunjukmu sebagai pengiringku” ucap Kaori sambil tersenyum menatap Kousei.


Kaori meminta Tsubaki membantunya agar menyakinkan Kousei untuk jadi pengiringnya nanti. Tsubaki sangat setuju dan senang karena ia ingin melihat Kousei memainkan piano lagi.



Kousei dan Watari berada diatap sekolah, tiba-tiba Tsubaki datang membawakan tumpukan kertas, lalu ia bergegas pergi dari sana. 


“apa ini?” ucap Watari sambil mengambil kertas itu. “Rondo …” ucap Watari.  “Capricioso” celetuk Kousei.




Dan begitu seterusnya, selalu ada tumpukan kertas berisi nada Rondo Capricioso disekitar Kousei, di buku pelajarannya, di depan dinding dirumahnya, bahkan dilokernya. Kousei tentu hanya bisa menghela napas melihatnya.


Kaori dan Tsubaki tersenyum melihat rencana mereka mulai berhasil.


Kaori dan Tsubaki pulang bersama, “tentu kita pasti bisa membuat dia bermain lagi” ucap Tsubaki dengan senyum bahagia. “tapi apa ini tidak terlalu berlebihan” sahut Kaori.

“kita harus melakukan ini untuk memaksanya, sebenarnya aku tidak peduli Kousei mau bermain piano lagi atau tidak. Jika dia ingin berhenti seharusnya ia bisa menerima semuanya, bukan seperti ini terlihat setengah-setengah” ucap Tsubaki.
“mungkin kau menyukai Arima” sahut Kaori

“tidak, bagiku dia hanya adik kecil yang tak bisa diandalkan, sejak ibunya meninggal saat dia mengikuti kompetisi,  saat itu juga ia mulai tidak bisa mendengar suara piano ditengah permainan. Aku hanya ingin menggerakkan waktunya yang terhenti”. Kaori hanya diam mendengarnya.


Tsubaki sampai duluan dirumahnya, kini tinggal Kaori di bus, bus berbunyi, ”pemberhentian selanjutnya rumah sakit Totsuhara”.




Kousei terdiam melihat buku yang berisi nada Rondo Capricioso, lalu ia teringat saat ibunya melatihnya.
“temponya terlambat lagi! Mainkan lagi!” ucap ibu. Kousei berusaha memainkannya dengan baik.
“bukan begitu, bermainlah sesuai dengan partiturnya!, semua sudah tertulis jelas di partiturnya” lanjut ibu dengan emosi.


Disekolah Kousei menghampiri Watari, Tsubaki, dan Kaori yang sedang duduk bersama, ia mengatakan tidak bisa melakukan apa yang di minta Kaori. “lalu bagaimana dengan pengiring Kaori” Tanya watari.



“cari saja orang lain” sahut Kousei kemudian pergi dari sana. Kaori hanya diam sambil melihat kepergian Kousei.